Powered By Blogger

Pengikut

Minggu, 20 Desember 2009

Skripsi Teknik Industri: ANALISIS DAN PERANCANGAN POSTUR UNLOADER DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE WinOWAS

Gita Andry Davidson, Universitas Widyatama, 2008

ABSTRAKSI

Aktivitas unloading merupakan proses pemindahan/pembongkaran barang/material dari alat angkutan pengiriman ke area penerimaan barang/material. Unloading manual merupakan aktivitas unloading dimana unloader melakukan pembongkaran barang yang dilakukan secara manual, dengan memindahkan barang secara langsung dengan menggunakan kedua tangan.
Analisis postur merupakan aktivitas menganalisis posisi postur tubuh unloader ketika melakukan aktivitas unloading manual dengan kondisi yang aman serta nyaman. Analisis postur dilakukan dengan menggunakan software WinOWAS. Metode yang digunakan adalah metode OWAS. OWAS (The Ovako Working Posture Analysis System) merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi suatu beban unloader selama aktivitas unloading berlangsung.
Di dalam analisis dibahas mengenai posisi postur unloader saat ini dibandingkan dengan hasil rancangan rekomendasi perbaikan. Dilakukan perancangan ulang terhadap posisi postur unloader apabila terdapat tanda peringatan yang ditampilkan dalam bentuk garis pada diagram batang didalam software WinOWAS (pada Recomendation for Action). Category 1 (warna putih) menunjukkan posisi postur unloader dapat diterima, category 2 (warna hijau) menunjukkan posisi postur unloader masih dapat diterima, category 3 (warna biru) menunjukkan posisi postur unloader harus dilakukan perancangan ulang, category 4 (warna merah) menunjukkan posisi postur unloader harus dilakukan perancangan ulang saat ini juga.



Kata Kunci: Unloading manual, Unloader, Software WinOWAS, Metode OWAS

Skripsi Manajemen: PENGARUH BRAND IMAGE (CITRA MEREK) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

Aggy Restu Pribadi, Universitas widyatama, 2009

ABSTRAK
Pengaruh Brand Image (Citra Merek) terhadap keputusan pembelian konsumen surat kabar Pikiran Rakyat

Keberadaan suatu merek telah dianggap penting karena merek dapat mencerminkan identitas dari suatu produk dan juga memberikan dampak tertentu kepada citra yang ditimbulkannya. Karenanya setiap perusahaan akan selalu berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menjaga dan mempertahankan keunggulan dari brand image produk mereka. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Pengaruh Brand Image (Citra Merek) terhadap keputusan pembelian konsumen surat kabar Pikiran Rakyat”
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan guna memperoleh data primer dengan wawancara dan penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden, serta penelitian kepustakaan guna memperoleh data sekunder.
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagimana tanggapan konsumenterhadap brand image pada PT. Pikiran Rakyat, mengetahui proses keputusan pembelian konsumen terhadap surat kabar Pikiran Rakyat dan mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan konsumen dalam menentukan pembelian surat kabar Pikiran Rakyat.
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner, dapat diketahui bahwa tanggapan konsumen terhadap brand image pada PT. Pikiran Rakyat berdasarkan hasil analisis pernyataan responden secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata 4,02 yang dikategorikan baik. Sedangkan tingkat keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen surat kabar Pikiran Rakyat secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata 4,00 yang dikategorikan baik, ini menunjukkan secara keseluruhan keputusan pembelian surat kabar Pikiran Rakyat sudah baik, tetapi masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain pada berita yang disampaikan Pikiran Rakyat sesuai dengan selera masyarakat dan kemudahan memperoleh surat kabar Pikiran Rakyat, karena memiliki nilai terendah 3,96.
Hasil pengujian koefisien korelasi rank spearman diperoleh nilai sebesar 0,650 yang menunjukan bahwa antara brand image PT. Pikiran Rakyat (variabel X) dan keputusan pembelian surat kabar Pikiran Rakyat (variabel Y) memiliki hubungan yang tinggi, karena berada pada interval 0,60-0,799. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi, diketahui bahwa variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 42,25% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini sebesar 57,75%. Berdasarkan analisis uji hipotesis, didapat thitung sebesar 5,925 dan ttabel sebesar 1,6788. Ini menunjukan bahwa thitung lebih besar dari pada ttabel, yang berarti terdapat hubungan yang positif antara brand image PT. Pikiran Rakyat dengan keputusan pembelian surat kabar Pikiran Rakyat. Dengan demikian hipotesis yang diajukan, yaitu “Bahwa brand Image PT Pikiran Rakyat mempunyai hubungan positif dengan keputusan pembelian konsumen” dapat diterima.

Jumat, 18 Desember 2009

Skripsi Manajemen: PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN

Tonton Kertapati, Universitas Widyatama, 2009

ABSTRAK
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan

Gaya kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, karena di dalam motivasi kerja karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sangat membutuhkan dukungan dari seorang pimpinan, karena itu setiap pemimpin harus mengetahui secara jelas tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan perusahaan agar mereka bisa bekerja sama secara efektif. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada PT Plaza Auto Prima (divisi reparasi) ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan pada PT. Plaza auto Prima (divisi reparasi), untuk mengetahui motivasi kerja karyawan dan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Plaza auto Prima (divisi reparasi). Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pengumpulan data melalui studi literatur dan kuesioner yang disebarkan kepada karyawan sebanyak 30 responden.
Tangggapan karyawan mengenai gaya kepemimpinan adalah baik, karena nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3,7 yang berada pada interval 3,40 – 4,19. Sedangkan gaya kepemimpinan yang ada pada PT. Plaza Auto Prima (divisi reparasi) adalah gaya kepemimpinan otoriter. Pernyataan karyawan mengenai motivasi kerja adalah baik, karena nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3,75 yang berada pada interval 3,40 - 4,19. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja karyawan dapat dikatakan baik.
Pengaruh gaya kepemimpian terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Plaza Auto Prima (divisi reparasi) berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,972 yang berarti memiliki hubungan yang sangat kuat. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan diperoleh koefisien determinasi sebesar 94%. Hal ini merupakan konstribusi gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja. Sedangkan sisanya 6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diukur. Berdasarkan hasil hipotesis didapat nilai thit = 21,88 lebih besar dari ttabel = 1.701, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti hipotesi yang dikemukakan penulis yaitu “Apabila gaya kepemimpinan diterapkan sesuai degan persepsi karyawan, maka motivasi kerja karyawan akan meningkat” dapat diterima.

Skripsi Manajemen: EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN

Rimba Tenri Brata, Universitas Widyatama, 2009

ABSTRAK
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN

Proses komunikasi sering kali dianggap sebagai akar semua persoalan–persoalan yang timbul di dunia. Komunikasi merupakan alat atau sarana yang memungkinkan terlaksananya setiap tujuan, dilakukan dari pimpinan kepada karyawan atau dari karyawan kepada pimpinan (komunikasi vertikal), juga kepada sesama karyawan (komunikasi horizontal) dalam rangka menyampaikan pesan yang perlu diketahui secara lisan maupun tulisan dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk menge tahui proses komunikasi pada Apotek Wira Prima, mengetahui prestasi kerja karyawan pada Apotek Wira Prima, dan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan komunikasi dengan prestasi kerja karyawan pada Apotek Wira Prima.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode penelitian dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan komunikasi dengan prestasi kerja karyawan, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan korelasi Rank Spearman dan diperoleh nilai sebesar 0,5177 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara komunikasi dengan prestasi kerja karyawan.
Sedangkan hasil koefisien determinasi (kd) sebesar 26,80% menunjukkan bahwa komunikasi memberikan pengaruh terhadap prestasi kerja kary awan, sedangkan variabel lain yang berpengaruh terhadap prestasi kerja sebesar 73,20% yang tidak diteliti oleh penulis.
Berdasarkan uji signifikansi didapat t hitung > t tabel (3,2019 > 1,701) maka terbukti bahwa komunikasi mempunyai korelasi yang signifikan dengan prestasi kerja karyawan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang penulis kemukakan : “Bilamana komunikasi efektif, maka prestasi kerja karyawan dapat meningkat”, dapat diterima karena terdukung oleh fakta – fakta di lapangan.

Skripsi Manajemen: PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERSEDIAAN DANG AKTIVA TETAP TERHADAP PROFITABILITAS

Ence Ayub Sobari, Universitas Widyatama, 2009

ABSTRAK
Pengaruh Perputaran Piutang, Persediaan dan Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas

Dengan semakin berkembangnya dunia usaha saat ini terutama di bidang transportasi, persaingan antar perusahaan khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat, oleh karena itu setiap perusahaan harus mampu mengantisipasi dan menghadapi segala situasi dan kondisi supaya dapat memenangkan persaingan di dunia usaha. Kinerja masalah piutang usaha, persediaan maupun aktiva tetap dalam operasi perusahaan terutama yang berkaitan dengan perputaran modal perusahaan sangat penting untuk kita ketahui. Karena faktor – faktor tersebut merupakan sebagian variabel yang terdapat pada perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan terutama pada profitabilitas.
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Perputaran Piutang, Persediaan dan Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas ( studi kasus pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero))”, Penelitian ini dilakukan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero), yang merupakan perusahaan jasa transportasi kereta api yang kantor pusatnya berkedudukan di Bandung Jawa Barat. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menggunakan perputaran piutang, persediaan dan aktiva tetap dalam mengelola aktiva nya. Indikator yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu Receivable Turn Over, Inventory Turn Over, Fixed Assets Turn Over dan Return On Investment,
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitan yang dilakukan. Sedangkan metode penelitian verfikatif bertujuan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis (testing hypotesis). Dalam melakukan pengujian hipotesis penulis menggunakan uji t untuk hipotesis parsial dan uji f untuk hipotesis simultan. Sedangkan alat statistik berupa regresi, korelasi, dan determinasi dilakukan melalui program SPSS for Windows 12.0, dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas
Hasil penelitian dari perkembangan perputaran piutang cenderung menunjukan kenaikan, sedangkan pada perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap dan tingkat profitabilitas (ROI) mengalami fluktuatif. Dari pengujian secara parsial yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa pada perputaran piutang Ho ditolak karena nilai thitung (-3,796) < -ttabel (-2,776) atau nilai sig.(0,032) < α (0,050), artinya perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Pada perputaran Persediaan Ho diterima karena thitung (-0,307) < ttabel (2,776) atau nilai sig.(0,779) > α (0,050), artinya pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas tidak signifikan. Untuk perputaran aktiva tetap Ho diterima karena thitung (-1,373) < ttabel (2,776). atau nilai sig.(0,263) > α (0,050), artinya pengaruh perputaran aktiva tetap tidak signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan dari hasil pengujian secara simultan yang dilakukan penulis yaitu Fhitung 2,734 < Ftabel 216 maka Ho diterima, atau sig.(0,412) > α (0,050), maka dapat disimpulkan bahwa “ Pengaruh Perputaran Piutang, Persediaan dan Aktiva Tetap terhadap tingkat Profitabilitas pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) periode 2004 – 2008 tidak signifikan”, artinya hasil penelitian hanya mewakili dan menggambarkan keadaan sampel saja dan tidak mewakili populasi, karena uji signifikansi tidak signifikan. Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelititan pada jenis atau kelompok industri yang berbeda yang tidak diteliti dalam penelitian ini supaya lebih representative serta memperpanjang periode waktu yang diteliti dan meneliti aspek lain dari laporan keuangan selain Return On Investment sebagai indikator profitabilitasnya.

Skripsi Manajemen: ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK KATEGORI JII DI IDX)

Yogi Haryadi, Universitas YARSI,2008

ABSTRAK
ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK KATEGORI JII DI IDX)

Tema yang dijadikan bahasan utama penelitin ini adalah menyusun portofolio optimal pada saham-saham Jakarta Islamic Index. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat return dan resiko saham-saham Jakarta Islamic Index periode Juli – Desember tahun 2006 dan 2007. Kemudian tentu saja untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diharapkan dan resiko dari portofolio yang terbentuk. Selain itu dalam penelitian ini juga dibahas pandangan Islam tentang transaksi saham di pasar modal.
Untuk membentuk portofolio optimal digunakan model portofolio Markowitz Penelitian ini menghasilkan tujuh kombinasi portofolio dengan weight, return, dan resiko yang berbeda dari duabelas emiten yang terpilih berdasarkan tingkat korelasinya. Portfolio keempat sampai dengan portfolio ketujuh sudah sesuai dengan konsep high risk high return maksudnya setiap penambahan return akan menyebakan bertambahnya risiko.

Skripsi Manajemen: PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)TERHADAP BID-ASK SPREAD HARGA SAHAM

Nadia Amelina, Universitas Widyatama, 2009

ABSTRAK
PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)TERHADAP BID-ASK SPREAD HARGA SAHAM
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Listing di BEI Periode 2006-2007)

Pemecahan saham atau stock split merupakan salah satu corporate action yang dilakukan oleh perusahaan publik (emiten) dalam usahanya untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan memaksimalkan tingkat keuntungan dari pemegang sahamnya (investor). Pemecahan saham juga merupakan suatu cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan harga sahamnya agar tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal, sehingga daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil. Semakin aktif suatu saham diperdagangkan akan menurunkan biaya kepemilikan saham, sehingga akan menurunkan bid-ask spread saham.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang kemudian hasilnya dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Bid-Ask Spread Harga Saham (studi kasus pada perusahaan yang listing di BEI periode 2006-2007) ”. Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis perkembangan harga saham dan perkembangan spread harga baik sebelum dan sesudah stock split serta pengaruh pemecahan saham melalui volume perdagangan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang listing di BEI.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survei. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Metode kuantitatif yaitu melakukan analisis menggunakan model-model. Sedangkan pendekatan survei berguna untuk membedah dan mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan yang sedang berlangsung. Alat statistik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data yang diteliti adalah analisis regresi, korelasi dan koefisien determinasi. Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk pengujian secara parsial, dengan menggunakan program SPSS 12.0.
Berdasarkan analisis korelasi terdapat hubungan yang cukup kuat antara stock split melalui volume perdagangan dengan bid-ask spread. Dan berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa volume perdagangan berpengaruh secara signifikan terhadap bid-ask spread saham.

Skripsi Manajemen: PENGARUH INVESTASI PADA AKTIVA TETAP DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA ANEKA INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN

Tita Meutia Tarlina, Universitas Widyatama, 2009

ABSTRAK
“PENGARUH INVESTASI PADA AKTIVA TETAP DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA ANEKA INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2007”

Investasi sekarang ini sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut masalah sumber dana untuk investasi dan umur ekonomis. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah investasi pada aktiva tetap dan modal kerja. Dimana investasi pada aktiva tetap bertujuan untuk mengembangkan produk dan jasa perusahaan agar sesuai dengan kebutuhan konsumen, selain aktiva tetap investasi juga berhubungan dengan modal kerja yang berfungsi untuk pembelanjaan operasi sehari-hari. Investasi pada aktiva tetap dan modal kerja diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang kemudian hasilnya dituangakan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Investasi pada Aktiva Tetap dan Modal Kerja terhadap Tingkat Profitabilitas pada Aneka Industri Tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007”. Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis perkembangan investasi aktiva tetap bersih, perputaran aktiva tetap, perkembangan modal kerja bersih, perputaran modal kerja, dan perkembangan Return On Investment (ROI) secara parsial maupun simultan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan pada aneka industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Sedangkan metode penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji hipotesis,yaitu pengaruh investasi dalam aktiva tetap (X1) dan investasi dalam modal kerja (X2) terhadap tingkat profitabilitas (Y). Alat statistik berupa regresi, korelasi, dan determinasi dilakukan melalui program SPSS 12.0. Sedangkan untuk melakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk hipotesis parsial dan uji F untuk hipotesis simultan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil analisis statistik secara parsial untuk aktiva tetap diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,700 yang berada antara 0,60 dan 0,799, artinya aktiva tetap (X1) memiliki keeratan hubungan yang kuat dengan profitabilitas (Y), sedangkan untuk koefisien determinasi sebesar 49%, artinya bahwa aktiva tetap berpengaruh terhadap profitabilitas sebesar 49% dan sisanya sebesar 51% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α=0,05) hasil uji t untuk X1 terhadap Y diperoleh thitung (3,250) > ttabel (interpolasi) (2,179), artinya H0 ditolak. Maka aktiva tetap berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Dan nilai koefisien korelasi yang diperoleh modal kerja sebesar 0,243 yang berada antara 1,20 dan 0,399, artinya bahwa modal kerja (X2) memiliki keeratan hubungan yang rendah dengan profitabilitas (Y), sedangkan untuk koefisien determinasi yang diperoleh untuk modal kerja sebesar 5,9%, artinya modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas sebesar 49%, dan sisanya sebesar 94,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α=0,05) hasil uji t untuk X2 terhadap Y diperoleh thitung (0,830) < ttabel (interpolasi) (2,179), artinya H0 diterima. Maka modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Untuk hasil analisis statistik secara simultan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,760 yang berada diantara 0,60 dan 0,799, artinya bahwa aktiva tetap (X1) dan modal kerja (X2) memiliki keeratan hubungan yang kuat dengan profitabilitas (Y), dan koefisien determinasi yang diperoleh aktiva tetap dan modal kerja sebesar 57,7%, artinya aktiva tetap dan modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas sebesar 57,7%, sedangkan sisanya sebesar 42,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α=0,05) hasil uji F, didapat bahwa besarnya aktiva tetap dan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas berpengaruh secara signifikan, karena nilai Fhitung > Ftabel yaitu 5,466 > 3,89, artinya Fhitung berada di daerah penolakan H0 yang menunjukkan bahwa aktiva tetap dan modal kerja secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas.

Skripsi Manajemen: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

David Okta Kelana, Universitas Widyatama, 2007
ABSTRAK
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN
(Survei pada Beberapa Perusahaan pada sektor Industri Barang Konsumsi)

Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan antar perusahaan, khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan perusahaan adalah aspek pengaturan keuangan yang tertuang di dalam pengelolaan modal kerja. Pengelolaan modal kerja ini berkaitan erat dengan kelancaran kegiatan perusahaan dan salah satunya dapat ditunjukkan dari perputarannya. Bila modal kerja dikelola secara tepat akan memungkinkan perusahaan beropesai secara ekonomis sehingga diharapkan perusahaan dapat mencapai perputaran modal kerja yang tinggi dan laba yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat.pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Objek penelitian ini adalah neraca dan laporan keuangan pada tiga perusahaan pada sektor industri barang konsumsi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik dan membuat deskriptif secara sistematis mengenai fakta-fakta dan hubungan antar fenomena yang diselidiki. Variabel yang diteliti adalah modal kerja sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel tidak bebas/terikat.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan digunakan analisis statistik yang terdiri dari : analisis regresi, koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik, yaitu uji parameter r.
Melalui perhitungan koefisien determinasi, perputaran modal kerja (variabel X) mempunyai pengaruh sebesar 0,572 atau sebesar 57,2% terhadap Return On Assets (variabel Y), sedangkan sisanya sebesar 42,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Misalnya adanya perubahan kondisi perekonomian makro seperti merosotnya nilai tukar rupiah, situasi global mengenai fluktuasi harga komoditas barang, dan juga perkembangan politik nasional.
Dari uji parameter r, memperlihatkan bahwa H0 diterima, yaitu tidak ada hubungan antara modal kerja dengan profitabilitas.
Disarankan agar perusahaan selalu menjaga jumlah modal kerjanya, salah satu caranya ialah dengan mengefektifkan pengeluaran beban-beban perusahaan, sehingga dapat mengoptimalkan perolehan laba perusahaan.

Skripsi Manajemen: PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA SEKTOR PROPERTI PERIODE 2002-2006

Aryana Widiartha, Universitas Widyatama, 2007
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM PADA
SEKTOR PROPERTI PERIODE 2002-2006


Harga saham merupakan motivator dalam suatu proses investasi, maka pengukuran harga merupakan cara yang sering digunakan oleh investor dalam membandingkan berbagai alternatif investasi, sehingga memungkinkan investor untuk mengetahui keberhasilannya dalam melakukan suatu investasi. Harga saham saham dapat diukur melalui struktur modal, profitabilitas dan rasio pasar.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur modal, profitabilitas dan rasio pasar yang mempengaruhi harga saham di sektor properti. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari tiga puluh tujuh perusahaan, hanya dua puluh delapan perusahaan yang masuk pada sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan struktur modal yang diukur dengan DER memberikan pengaruh sebesar 15,21% tidak berpengaruh secara signifikan, profitabilitas yang diukur dengan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan memberikan pengaruh sebesar 28,30% dan rasio pasar yang diukur dengan BVS berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memberikan pengaruh sebesar 25,50%. Secara simultan struktur modal, profitabilitas dan rasio pasar berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sektor properti. Hasil regresi penelitian menunjukkan bahwa besarnya koefisien adjusted R2 dari model regresi dapat menjelaskan variasi tingkat pengembalian saham sebesar 43,8 %, dan memberikan pengaruh sebesar 50%.

Kamis, 17 Desember 2009

Skripsi Manajemen: PENGARUH EARNING PER SHARE DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN

Christina Pancawati, Universitas Widyatama, 2008
ABSTRAK

Perkembangan pasar modal di Indonesian semakin pesat sehingga banyak investor mengikutsertakan modalnya untuk diinvestasikan pada suatu perusahaan dengan harapan mendapatkan return saham yang memuaskan. Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan masa yang akan datang. Namun demikian masa yang akan datang penuh dengan kondisi ketidakpastian, sehingga investor memerlukan informasi agar investasi yang mereka tanamkan tepat. Informasi tersebut tercermin dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Salah satunya adalah dengan melihat tingkat profitabilitas suatu perusahaan yang diukur dengan Earning Per Share dan rasio penilaian pasar yang diukur dengan Market To Book Ratio.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang kemudian hasilnya dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share dan Market To Book Ratio terhadap Return Saham perusahan pada Sektor Pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007”. Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis kondisi Earning Per Share, kondisi Market To Book Ratio, kondisi Return Saham, dan pengaruh Earning Per Share dan Market To Book Ratio secara parsial maupun simultan terhadap Return Saham perusahan pada Sektor Pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Sedangkan metode verifikatif bertujuan untuk melakukan perkiraan dan pengujian hipotesis. Alat statistik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data yang diteliti adalah analisis regresi, korelasi dan koefisien determinasi. Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk pengujian secara parsial dan uji F untuk pengujian secara simultan, dengan menggunakan program SPSS 12.0.
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil analisis statistik secara parsial untuk Earning Per Share diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 15,8%, sedangkan sisanya sebesar 84,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) hasil uji t untuk X1 terhadap Y diperoleh thitung (2,706) > ttabel(interpolasi) (2,0252), artinya H0 ditolak. Maka Earning Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh untuk Market To Book Ratio sebesar 5%, sedangkan sisanya sebesar 95% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) hasil uji t untuk X2 terhadap Y diperoleh thitung (1,438) < ttabel(interpolasi) (2,0252), artinya H0 diterima. Maka Market To Book Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham. Untuk hasil analisis statistik secara simultan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 20,9%, sedangkan sisanya sebesar 79,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0.05) hasil uji F, didapat bahwa besarnya Earning Per Share (X1) dan Market To Book Ratio (X2) terhadap Return Saham (Y) berpengaruh secara signifikan, karena nilai Fhitung > Ftabel yaitu 5,071 > 3,25, artinya Fhitung berada di daerah penolakan Ho yang menunjukkan bahwa Earning Per Share (X1) dan Market To Book Ratio (X2) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham.

Skripsi Manajemen: PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN

Gadis Puspitawati Setiawan, Universitas Widyatama, 2009

ABSTRAK

Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin pesat sehingga banyak investor mengikutsertakan modalnya untuk diinvestasikan pada suatu perusahaan dengan harapan mendapatkan laba saham yang memuaskan. Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan masa yang akan datang. Namun demikian masa yang akan datang penuh dengan kondisi ketidakpastian, sehingga investor memerlukan informasi agar investasi yang mereka tanamkan tepat. Informasi tersebut tercermin dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Salah satunya adalah dengan melihat laporan keuangan dari suatu perusahaan yaitu rasio leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio dan rasio profitabilitas yang diukur dengan Earning Per Share.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang kemudian hasilnya dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share terhadap Harga Saham perusahan pada Sektor Pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007”. Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio dan Earning Per Sare secara simultan terhadap Harga Saham, dan kondisi Debt to Equity Ratio, kondisi Earning Per Share, kondisi Harga Saham, secara parsial perusahan pada Sektor Pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Sedangkan metode verifikatif bertujuan untuk melakukan perkiraan dan pengujian hipotesis. Alat statistik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data yang diteliti adalah analisis regresi, korelasi dan koefisien determinasi. Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji F untuk pengujian secara Simultan dan uji t untuk pengujian secara parsial, dengan menggunakan program SPSS 12.0.
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil analisis statistik secara simultan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 49,9%, sedangkan sisanya sebesar 50.1% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0.05) hasil uji F, didapat bahwa besarnya Debt to Equity Ratio(X1) dan Earning Per Share (X2) terhadap Harga Saham (Y) berpengaruh secara signifikan, karena nilai Fhitung > Ftabel yaitu 25,932 > 3,176, artinya Fhitung berada di daerah penolakan Ho yang menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (X1) dan Earning Per Share (X2) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Untuk hasil analisis statistik secara parsial untuk Debt to Equity Ratio diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,1%, sedangkan sisanya sebesar 99,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) hasil uji t untuk X1 terhadap Y diperoleh thitung (0,251) < ttabel(interpolasi) (2,0084), artinya H0 diterima. Maka Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.Sedangkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh untuk Earning Per Share sebesar 49.8%, sedangkan sisanya sebesar 50,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) hasil uji t untuk X2 terhadap Y diperoleh thitung (7,246) > ttabel(interpolasi) (2,0084), artinya H0 dolak. Maka Earning Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.

Rabu, 16 Desember 2009

Manajemen Strategis: Ringkasan Bahan Kuliah

Strategi (Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck)
Suatu rencana yang merupakan suatu kesatuan komprehensif dan terintegrasi dihubungkan dengan keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan untuk menghadapi tantangan lingkungan. Strategi didesain unntuk meyakinkan bahwa tujuan dasar dari perusahaan akan tercapai melalui pelaksanaan secara tepat yang dilakukan organisasi.

Strategi (Henry Mintzberg & James Brian Quinn)
Suatu pola atau rencana yang mengintegrasikan sasaran (goals=menyatakan apa yang akan dicapai dan kapan harus dicapai), kebijakan (policies=suatu aturan atau “pagar” yang membatasi tindakan-tindakan mana yang boleh diambil), dan tindakan (action plan=menentukan urutan langkah-langkah tindakan yang dilakukan untuk mencapai goals) ke dalam suatu kesatuan terpadu yang tidak terpisahkan (cohesive whole).

Strategi
Suatu rencana atau arah, petunjuk, aksi ke masa depan, cara untuk mencapai masa depan dari saat sekarang.

Manajemen Strategi
Pendekatan sistematis yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menempatkan dan menghubungkan organisasinya dengan lingkungan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin sukses yang berkelanjutan.

Pentingnya Manajemen Strategi
1.Kondisi persaingan bisnis: Domestik  Global.
2.Perubahan lingkungan terjadi semakin cepat.
3.Perusahaan yang telah memiliki perencanaan formal dan berorientasi ke depan akan lebih siap menghadapi perubahan. Antisipasi (dengan cara memperkirakan apa yang akan terjadi dan mempersiapkan diri menghadapinya dengan cara forecasting).
Alasan Manajemen Strategi
1.MS memungkinkan eksekutif puncak perusahaan untuk mengantisipasi perubahan.
2.MS sering didasarkan pada penelitian tentang strategi bisnis yang mendalam.
3.Orang akan bekerja secara lebih baik (kualitatif & kuantitatif) jika mereka memahami apa yang diharapkan dari mereka, dan kemana arah perusahaan.
4.Ada korelasi antara pelaksanaan yang baik dengan perencanaan formal.
Peran Top Management (Henry Mintzberg):
a.Interpersonal Roles
•Melaksanakan tugas “seremoni” rutin.
•Memelihara jaringan (NetWork).
•Menetapkan staf organisasi, melatih & memotivasi.
b.Informational Roles
•Membaca laporan.
•Mencari informasi tentang organisasi & lingkungan.
•Meneruskan informasi.
c.Decision Roles
•Melakukan tugas strategis.
•Menyelesaikan krisis.
•Mengarahkan anggaran/distribusi sumber daya,
•Negotiator.

Penyebab kegagalan strategi
1.Menciptakan strategi yang terlalu berambisi & kurang berhati-hati.
2.Perencana strategi yang berkuasa menolak merubah strategi lama.
3.Pimpinan strategi tidak menciptakan strategi.
4.Para manajer terlalu sibuk dengan masalah “struktural”.


Value Chain Analysis
Melihat organisasi sebagai suatu proses yang bertahap dari suatu kegiatan “penciptaan nilai”.
Nilai adalah jumlah yang bersedia dibayar oleh pembeli untuk produk/jasa yang ditawarkan perusahaan.

Business Level Strategy, ada 3:
1.Overall Low Cost Leadership
Mencari supplier yang menawarkan biaya produksi yang paling rendah dengan kualitas yang sama bagusnya.
2.Differensiasi
Penciptaan perbedaan produk/jasa yang ditawarkan perusahaan dengan menciptakannsesuatu yang diterima industry sebagai hal yang unik & dihargai oleh konsumen.
3.Focus
Memilih segmen/kelompok segmen & merancang strategi untuk melayani segmennya (Mendedikasikan diri secara eksklusig pada segmen yang dipilih).
4.Combination
Menyatukan overall low cost leadership dan differensiasi.

Generic Strategy Alternative, ada 4:
1.Expansi
(1)Perusahaan menambah produk/jasa/pasar/fungsi pada bisnis mereka.
(2)Perusahaan memusatkan keputusan strateginya pada “peningkatan ukuran” di dalam langkah kegiatannya.
Ekspansi lebih mungkin dilakukan dalam industry yang sangat kuat tingkat persaingannya.

2.Retrenchment
(1)Perusahaan merasa perlu mengurangi lini pruduk/jasa/pasar/fungsi pada bisnis mereka.
(2)Perusahaan memusatkan keputusan strateginya pada “peningkatan fungsional” melalui “pengurangan kegiatan” dalam unit-unit yang punya arus kas negatif.
Retrenchment lebih mungkin dilakukan jika perusahaan tidak berjalan lancar, hasil keuntungan yang lebih besar akan bisa diperoleh di bidang lain.

3.Stability
(1)Perusahaan secara kontinyu bmelayani masyarakat dalam sector produk /jasa/pasar/fungsi yang sama/serupa.
(2)Keputusan strategi utamanya difokuskan pada peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan fungsinya.
Stabilitas lebih mungkin dicapai jika perusahaan tersebut berjalan baik, lingkungan tidak terlampau rawan.

4.Combination
(1)Keputusan strategi pokoknya difokuskan pada berbagai strategi besar secara sadar.
(2)Perusahaan merencanakan menggunakan beberapa strategi besar pada masa yang akan datang secara berbeda.
Kombinasi lebih mungkin dilakukan bagi perusahaan dengan unit bisnis (SBU) majemuk, dalam masa transisi ekonomi, dan selama perubahan dalam hidup prduk/jasanya.
Alasan utama melaksanakan strategi:
Untuk mempertahankan/meningkatkan prestasi/mengurangi kesenjangan.

Eksternal Expansion:
Merger: Penggabungan 2/lebih perusahaan, aktiva & pasiva disatukan, saham baru diterbitkan, terbentuk nama baru, salah satu perusahaan kehilangan identiitas.
Acquisition: Pengambil-alihan perusahaan.
Consolidation: Kedua perusahaan kehilangan identitasnya, kemudian diciptakan sebuah perusahaan baru.

Eksternal Stability:
Maintain: “market share”  memelihara pangsa pasar yang telah dimiliki.
Eksternal Retrenchment:
Divestasi: Strategi penciutan ekstern.

Internal & Eksternal Combination
Strategi Joint Venture
Pengaturan modal antara 2/lebih perusahaan yang merdeka yang menyebabkan terciptanya kesatuan organisasi yang baru.

3 Strategi Joint Venture:
1.Spider Web Strategy
Strategi jaringan laba-laba.
2.Go-Together Split
Strategi berjalan bersama, kemudian berpisah. Kerjasama dalam sebuah proyek besar, kemudian berpisah dan bertemu lagi dalam proyek baru. Contoh: proyek pembuatan jalan.
3.Succesive Integration
Bekerjasama dalam bidang yang menjadi kelemahan kita. Contoh: Kerjasama di bidang penelitian & pengembangan, dll.

Related & Unrelated Alternative.
Related Dimension (Konsentris): Perluasan/penambahan “definisi bisnis” yang berkaitan (Diversifikasi Konsentris).
Unrelated Dimension (Konglomerasi): Perluasan/penambahan “definisi bisnis” yang tidak punya kaitan dengan product line yang ada, baik dari segi teknis maupun pasar (Diversifikasi Konglomerasi).

Vertical dan Horizontal Alternative.
1.Backward Integration (Mengendalikan supplier).
Tujuan:
a.Mengurangi biaya untuk supplier.
b.Meraih keuntungan yang seharusnya diraih supplier.

2.Forward Integration (Mengendalikan jaringan distribusi/media).
a.Mengurangi biaya distribusi.
b.Meraih keuntungan yang biasanya diperoleh oleh mata rantai.
Tujuan akhir: Mencapai biaya perunit yang rendah  Mencapai keunggulan bersaing.

3.Horizontal Integration (Mengendalikan pesaing).
Active & Passive Alternative.
1.Strategi Aktif/Offensive (Dari Forecast), yaitu: strategi dimana perencana strategi bertindak sebelum mereka dipaksa bereaksi terhadap ancaman/peluang lingkungan.
2.Strategi Pasif/Defensive (Dari Pengalaman), yaitu: strategi dimana perencana strategi bereaksi terhadap tekanan lingkungan hanya jika terpaksa karena keadaan.

Secara historis, ada 4 bentuk strategi perusahaan  Miles & Snow.
1.Defenders (bertahan): mencari pasar yang sempit & menjaganya.
2.Prospectors (mencari): mencari bagian pasar yang baru.
3.Analyzers (menganalisis): memiliki sifat-sifat sebagai “prospectors & defenders”.
4.Reactors (yang bereaksi): memiliki bentuk strategi yang tidak stabil.

BCG Matrix





1.Stars
a.Menggambarkan posisi unit bisnis/produk yang berada pada Business Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan Bisnis) yang tinggi dan Relative Competition Position yang tinggi.
b.Menjadi pemimpin dalam bisnis mereka, dan menghasilkan sejumlah uang besar.
c.Menyediakan (membutuhkan) sejumlah besar dana untuk mempertahankan posisinya.
d.Arus dana rata-rata seimbang (Cash Inflow & Outflow seimbang)
Peluang terbaik: Melakukan ekspansi, pada posisi Stars, perusahaan akan mudah untuk mengeluarkan produk baru (karena image/prestige).

2.Question Marks
a.Menggambarkan posisi unit bisnis atau produk pada BGR rendah, tetapi RCP tinggi.
b.Menyediakan dana yang besar untuk biaya rutin.
c.Merupakan fondasi perusahaan.
Peluang terbaik: Stability (pertahankan).

3.Cash Cows
a.Menggambarkan posisi unit bisnis/produk yang berada pada BGR yang tinggi, tetapi RCP yang rendah.
b.Kebutuhan dana besar sekali, tetapi kemampuan menghasilkan dana rendah.
c.Kondisi ini jika dibiarkan akan menjadi perangkap kas (menguras uang).
d.Karena pertumbuhan pasar tinggi, maka seharusnya bagian pasar lebih diperoleh untuk posisi Question Marks.
Problem: Internal Management
Solusi: Menggeser posisi Question Marks ke posisi Stars dengan Internal Retrenchment.

4.Dogs
a.Menggambarkan posisi unit bisnis/produk yang berada pada BGR yang rendah dan RCP yang rendah.
b.Laba/keuntungan tidak memadai (rugi).
c.Butuh uang untuk bertahan hidup.
Peluang terbaik: Diversifikasi/Likuidasi.
BCG menganjurkan menarik uang dari bisnis serupa ini (Cash Cows), walaupun bagian pasar terpaksa dikorbankan.

Tujuan BCG:
1.Untuk mendapatkan portofolio yang berimbang dari produk/divisi.
2.BCG biasanya diterapkan pada perusahaan dengan SBU majemuk, yang akan mengambil keputusan tentang SBU mana yang akan di-ekspan, dipertahankan, dan diciutkan.

Metose Riset Untuk Bisnis dan Manajemen: Ringkasan bahan kuliah

Penelitian
Kegiatan menelaah atau menganalisis sesuatu objek (benda) atau subjek (manusia) tertentu untuk mengungkapkan karakteristik atau hubungan dari karakteristik objek/subjek tersebut.

Metode Penelitian
Cara sistematika atau tersusun untuk melakukan kegiatan menelaah atau menganalisis suatu objek/subjek tertentu untuk mengungkapkan karakteristik atau hubungan dari karakteristik objek/subjek tersebut.

Proses Penelitian
1.Observasi
2.Identifikasi Masalah
3.Kerangka Teoritis/Asosiasi antar teori
4.Hipotesis
5.Konsep & Definisi Operasional
6.Desain Penelitian
7.Pengumpulan Data
8.Analisis Data
9.Interpretasi data
10.Perbaikan Teori/Implementasi

Variabel
Segala sesuatu yang dapat dibedakan atau mempunyai variasi nilai.

Desain Penelitian
Suatu rencana penelaahan/penelitian secara ilmiah dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah.

Unit Analisis
Sumber informasi mengenai variabel yang akan diolah dalam penelitian (pembuktian hipotesis).

Fokus Analisis
Dimensi atau karakteristik yang menjadi minat atau fokus perhatian meneliti terhadap objek atau unit analisis penelitian.

Pengukuran
Penggunaan angka-angka atau symbol yang mewakili aspek-aspek atau dimensi-dimensi konsep yang diukur berdasarkan standar atau aturan tertentu.

Operasional
Mengurangi tingkat abstraksi konsep sehingga konsep tersebut dapat diukur.

Dimensi
Karakteristik yang mungkin terdapat pada perilaku orang yang terkait dengan konsep yang diukur.

Unsur Dimensi
Penjabaran dimensi ke dalam tingkat abstraksi lebih rendah lagi, sehingga dapat diukur.

Skala Pengukuran
Skala: alat atau mekanisme membedakan individu berdasarkan variable-variabel dalam penelitian. Pembedaan individu atau objek penelitian dapat dibuatbberdasarkan klasifikasi, peringkat, jarak dan origin.
Klasifikasi: angka digunakan untuk mengelompokkan atau membagi jenis respon, tidak menunjukkan tingkat
Jarak: perbedaan antara angka merupakan peringkat. Selisih antara sepasang angka lebih besar dari, atau kurang dari, sama dengan selisih antara sepasang angka lainnya.
Origin: rangkaian angka mempunyai suatu asal (origin) yang unik yang ditandai oleh nilai “nol yang absolute”.

Jenis-jenis Skala:
1.Skala Nominal
Membedakan subjek berdasarkan klasifikasi saja (Misalnya:Jenis Kelamin, Suku, Agama, dll).
2.Skala Ordinal
Membedakan subjek berdasarkan klasifikasi dan peringkat (Misalnya: peringkat karakteristik pekerjaan).
3.Skala Interval
Membedakan subjek berdasarkan klasifikasi, peringkat, dan jarak yang sama antar titik dalam skala diantara individu (Misalnya Skala Temperatur).
4.Skala Ratio
Membedakan subjek berdasarkan klasifikasi, peringkat, jarak maupun titik origin angka (nilai nol absolut).

Deskriptif
Menggambarkan atau melukiskan atas setiap data aktual serta fenomena yang ada. Untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta–fakta, sifat–sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Verifikatif
Metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis.

Explanatory Survey
Penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan hubungan antara variabel dengan cara menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang akan diperoleh melalui pengajuan hipotesis.

Uji Asumsi:
1.Normalitas
Untuk menguji bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal.
2.Autokorelasi
Adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
3.Multikolinearitas
Pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi adanya hubungan yang linier diantara variabel-variabel bebasnya.
4.Heteroskedastisitas
Dimana dalam analis regresi, varians dari residual tidak sama atau tidak memiliki pola tertentu dari satu pengamatan ke pengamatan lain, yang ditunjukan dengan nilai yang tidak sama antara satu varians dari residual dengan besarnya varians antar residual tidak homogen.
5.Hipotesis Simultan
Bagaimana variabel independen (x) mempengaruhi varibel dependen (Y) secara bersama –sama.
6.Hipotesis Parsial
Bagaimana masing – masing variabel independen (x) mempengaruhi variabel dependen (Y).
7.Analisis Regresi Berganda
Suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3)…………(Xn) dengan satu variabel terikat.

Skripsi Manajemen: PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM

Fransiska Dewi, Universitas Widyatama, 2008
ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM
(Survei pada Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Sektor konsumsi berperan penting dalam Perekonomian Indonesia karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 65 persen pada tahun 2003. Menguatnya harga saham sektor konsumsi menjelang tutup tahun 2006, diiringi dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat atas barang konsumsi selama puasa dan menjelang hari raya keagamaan, Idul Fitri dan Natal. Investor di bursa saham Jakarta sudah mengambil posisi sejak Juli 2006 lalu, dengan mengakumulasi beli pada saham sektoral. Mereka mengacu pada kinerja keuangan perusahaan sebagai faktor fundamental pada semester pertama yang mulai menunjukkan perbaikan. Selain itu, investor menganalisis faktor teknikal yang merupakan market action atas efek yang ditimbulkan dari pergerakan pasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental dan teknikal yang memiliki pengaruh terhadap Harga Saham, kondisi perkembangan Harga Saham, dan pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap Harga Saham pada sektor industri food and beverages periode 2003-2007. Adapun faktor fundamental yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah return on investment dan price-earning ratio. Faktor teknikal yang dipergunakan adalah volume perdagangan saham dan indeks harga saham individu. Dalam penelitian ini objek penelitian adalah tiga belas perusahaan pada industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode selama 5 tahun yaitu 2003-2007.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitan yang dilakukan. Sedangkan metode penelitian verfikatif bertujuan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis (testing hypotesis). Dalam melakukan pengujian hipotesis penulis menggunakan uji t untuk hipotesis parsial dan uji F untuk hipotesis simultan. Sedangkan alat statistik berupa regresi, korelasi, dan determinasi dilakukan melalui program SPSS for Windows 11.5, dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa secara serempak, faktor fundamental yang terdiri dari return on investment dan price earning ratio dan faktor teknikal yang terdiri dari volume perdagangan dan indeks harga saham individu memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, faktor teknikal yang terdiri dari indeks harga saham individu memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada alpha 5%.

EKONOMI MANAJERIAL: Proses Pengambilan Keputusan

BAB I
PENDAHULUAN

Ekonomi manajerial hakekatnya merupakan kajian mengenai proses pengambilan keputusan oleh para manajemen perusahaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam ekonomi. Perkembangan ekonomi manajerial merupakan perpaduan selaras dengan keperluan akan manajemen perusahaan dan proses pengambilan keputusan secara tepat untuk mengantarkan perusahaan/organisasi pada tujuannya.
Kasus-kasus yang akan dikaji di sini terkait erat dengan proses pengambilan keputusan dari manajer yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas perusahaan di mana mereka memimpin. Hasilnya ada yang sesuai dengan harapan dan ada pula yang tidak. Tetapi idelisme seorang pemimpin adalah melaksanakan dengan baik keputusan yang dibuat sampai pada tahap evaluasi. Tentu saja dengan tetap memperhatikan aspek manajemen risiko dan menanggung konsekuensi dari keputusan yang telah dibuat. Di sini juga letak uniknya ekonomi manajerial sebagai seni dan sekaligus ilmu yang dapat diterapkan oleh siapa saja yang menjadi manajer atau menjalankan tugas tersebut, tetapi belum tentu akan menjalani proses yang sama dan hasil yang persis sama.
Pada tulisan ini akan dikaji empat kasus yang berbeda, tetapi berkaitan satu sama lain dengan proses pembuatan keputusan oleh para manajer. Sebelum membahas keterkaitan keterkaitan diantara kasus tersebut dalam tema besar pengambilan keputusan maka bagian berikut akan terlebih dahulu menguraikan intisari dari setiap kasus sebagai gambaran untuk memahami analisis yang dilakukan.
Kasus I: The Offended Colonel.
Kasus ini mengisahkan tentang seorang Profesor bernama Benjamin Cheever dan mahasiswanya di Senior Commanding Officer Executive Institute. Pada suatu kesempatan, Prof. Ben diberi kesempatan untuk memberikan kuliah kepada mahasiswanya yang berasal dari kalangan militer. Ben memiliki ide baru berkaitan dengan cara memberikan kuliah. Ia berniat menerapkan metode kasus yang lebih mementingkan diskusi dan adu argumentasi di dalam kelas yang diberikannya. Awalnya Ben yakin bahwa metode yang akan diterapkannya akan berhasil dengan kelasnya saat ini. Tetapi setelah berada di ruang kuliahnya, ia menghadapi kenyataan metodenya sulit untuk dijalankan dengan baik, karena mahasiswa cenderung tidak memiliki silang pendapat. Agar dapat menghidupkan suasana diskusi, Ben kemudian merekayasa diskusi tersebut dengan caranya sendiri. Ia melontarkan pendapat yang bersilangan dan berusaha membangkitkan semangat mahasiswanya. Ben kadang-kadang juga menggunakan selipan kata-kata kotor dalam pendapatnya. Diskusi berhasil berlangsung sesuai dengan cara tersebut. Namun di saat-saat menjelang akhir sesi kuliahnya Ben mendapatkan pertanyaan dari seorang mahasiswa mengenai kebiasaannya dalam menggunakan kata-kata kotor untuk mengemukakan gagasan/penyampaian kuliah. Ben dengan cepat dapat berkelit bahwa pernyataan tersebut tidak ditujukan kepada orang tertentu. Mahasiswi tersebut minta maaf, tetapi melontarkan lagi satu pertanyaan, apakah Ben tidak merasa bersalah kepada satu-satunya wanita yang menjadi mahasiswinya di kelas tersebut dan tidakkah ia harusnya meminta maaf? Ben harus berpikir keras merespon kondisi yang belum diperkirakannya.

Kasus II: Tiberg Company
Kasus Tiberg Company menceritakan proses manajemen perusahaan yang dilakukan oleh Mr. Porter. Ia baru saja diberi kewenangan baru untuk memimpin perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan pemesanan bahan baku untuk produksi. Tiberg Company memiliki 20 pabrik yang tersebar di Eropa dan Asia. Hampir setiap saat secara tidak terduga, perusahaan cabang/pabrik mengajukan pesanan bahan baku tambahan, sementara perusahaan induk sudah membuat kontrak pesanan untuk jangka waktu satu tahun. Penambahan mendadak tentu akan sangat menyulitkan. Porter kemudian mengambil inisiatif untuk melakukan sentralisasi pemesanan. Pabrik diminta untuk menghitung dengan cermat keperluan seluruh bahan baku dan hal tersebut harus disampaikan kepada perusahaan induk sebelum perusahaan induk melakukan pemesanan kepada pemasok. Ide tersebut disampaikan kepada pimpinan tertinggi. Pimpinan menyetujui dan meminta agar Porter juga mengunjungi setiap pabrik untuk mengambil sendiri pesanan jika sampai batas waktu mereka tidak melaporkan pesanan. Porter merasa hal tersebut tidak perlu. Ia cukup mengirimkan surat kepada manajer setiap pabrik untuk hal itu. Ia melakukannya dan hasilnya setiap manajer pabrik menyambut baik gagasannya dan menjalankan sistem tersebut dengan baik.
Kasus III : FV Holding Company
FV Holding Company adalah salah satu anak perusahaan FV Trading yang bergerak dalam bidang ekspor udang dari Filiphina ke Jepang. Perusahaan ini berkembang pesat dan berkompetisi dengan sangat ketat dengan anak perusahaan yang lain maupun kompetitor di luar grup perusahaan. Perusahaan menyadari dalam menjalani kompetisi beberapa tahun terakhir telah terjadi kebocoran dana operasional yang sangat besar, meskipun perusahaan tetap berjalan dan tingkat permintaan terus bertambah. Masalahnya adalah pada berbagai biaya dan beban yang harus ditanggung perusahaan dari bisnis yang dijalankan karena terjadi perbedaan besar nilai mata uang antara di Philipina dengan Jepang. Improtir dari Jepang mengehndaki penurunan harga, sementara jika hal itu dilakukan perusahaan akan mengalami kerugian meskipun permintaan bertambah. Oleh sebab itu FV Holding perlu meninjau kembali sistem operasinya, terutama berkaitan dengan alokasi jenis usaha dan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan. Perhitungan dengan pendekatan akuntansi manajemen untuk keputusan manajerial harus dilakukan. Perusahaan melakukannya dengan menggunakan contoh pesanan dari Saki. Hasilnya sungguh mengejutkan, ternyata perusahaan tidak memperhitungkan banyak sekali cost driver, expense driver, dan potensi porfit.

Kasus IV: Nissan U Turn 1999 – 2001
Perusahaan skala besar sekelas Nissan juga dapat mengalami masalah sulit berkaitan dengan skala ekonominya dalam bersaing dengan kompetitor. Sejak tahun 1998, Nissan mengidentifikasi banyak kerugian yang dialami dalam operasi perusahaan. Penyebabanya adalah inefisiensi, terlalu banyak sumberdaya yang dialokasikan untuk produksi dan pemasaran. Nissan kemudian meminta Ghosn untuk melakukan restrukturisasi pada pabrik Nissan dalam rangka efisiensi. Ghosn setuju, dan dalam menjalankan tugasnya banyak keputusan-keputusan tidak populer yang dibuatnya. Tentu ini menuntut penyesuaian dari seluruh komponen perusahaan yang terlibat. Perubahan yang dilakukan Ghosn antara lain: pengurangan jumlah tenaga kerja, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan, mengaktifkan team work, menumbuhkan kesadaran bahwa burning platform dan reengenering merupakan suatu kewajaran, penghematan, standarisasi keuangan internasional. Tantangan terbesar bagi Gohsn adalah mengubah mindset dari anggota perusahannya. Hasilnya sangat menakjubkan bagi Nissan. Nissan berhasil mengatasi krisis, tetapi bagaimana kelanjutannya? Analisis Kasus dalam keempat kasus terlihat dengan jelas bahwa manajemen terhadap aspek-aspek ekonomi perusahaan menyangkut pengambilan keputusan oleh manajer untuk membuat perusahaan tetap bergerak dalam koridor untuk menuju pada tujuannya. Keputusan yang dibuat oleh manajer bukan suatu langkah mudah. Pembuatan keputusan dapat dilakukan dengan cara intuitif maupun berdasarkan pada pengalaman emprik. Pada keempat kasus, hampir tidak ada manajer yang membuat keputusan murni dengan salah satu cara tersebut. Semuanya memadukan antara intuisi yang dimiliki dengan pengalaman-pengalaman mereka secara empirik terkait dengan bidang tugasnya. Walaupun demikian, asumsi-asumsi yang ditetapkan bisa saja tidak merupakan suatu kewajaran. Asumsi tersebut berlaku dan dianggap tepat sesuai dengan kondisi perusahaan atau lingkungan yang dipimpinnya.
Keputusan yang dibuat para manajer boleh saja tidak populer, tetapi dapat juga mengikui pola-pola umum. Untuk mendapatkan kompetensi utama dari perusahaan, kadang kala manajer membuat keputusan-keputusan yang tidak populer. Keputusan tersebut bisa saja berseberangan dengan budaya kerja perusahaan. Tidak menjadi masalah, di sinilah letak tantangan terbesar manajer untuk dapat menghasilkan budaya organisasi yang baru. Dalam manajemen proses ini dikenal dengan banyak istilah, seperti business process reenginering atau setting mindset, atau burning platfrom and renew one. Hasil dari keputusan baru dapat ditentukan setelah dijalankan. Manajer yang baik tentunya memiliki komitemen untuk menjalankan keputusan sampai pada saat hasil dari keputusan dievaluasi. Bisa saja keputusan tersebut gagal. Kegagalan dapat menjadi sebuah pengalaman yang berati untuk memikirkan langkah dan strategi baru. Pada hampir semua kasus, ide-ide cemerlang justru timbul ketika perusahaan mengalami kesulitan dan masalah. Di sinilah letak pentingnya sensitifitas bisnis, komunikasi, knowledge management, dan teamwork. Komponen-komponen tersebut terbukti dapat menjawab pelaksanaan keputusan yang telah dibuat oleh manajer. Manajer dalam menjalankan perusahaan harus siap menghadapi risiko. Oleh sebab itu, selain membuat keputusan manajerial dalam bidang operasional perlu juga dilakukan manajemen risiko terhadap operasional dan keputusan yang telah dibuat. Perkembangan dan operasi perusahaan pada dasarnya harus menjalani siklus bisnis. Sampai pada saatnya, perusahaan mungkin akan berada di bawah, tetapi dengan keputusan yang tepat perusahaan harus mampu bangkit kembali mungkin dengan perubahan pada platform ataupun kebijakan yang diterapkan.
Masa depan tidak dapat diprediksi dengan tepat oleh proses pengambilan keputusan dengan teknik secanggih apapun juga. Yang mungkin dilakukan oleh para manajer profesional adalah mengantisipasi dengan penerapan manajemen yang tepat. Berbagai teknik dan metode manajemen modern tetap menekankan bahwa perusahaan harus berani mengambil risiko dan menanggung risiko, tetapi dengan memperhatikan usaha untuk memperkecil risiko dan impac dari beragam risiko tersebut.
Seberapa hebatnya manajer yang menjalankan tugas tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan dari para pekerja di dalam perusahaan. Manajer berfungsi mengarahkan, mengendalikan, mengawasi, dan melakukan evaluasi terhadap rencana-rencana yang telah ditetapkan. Operasi tetap kembali kepada para karyawan dan unit kerja. Rasa memiliki perusahaan, karisma, dan kepemimpinan sangat penting bagi para manajer untuk dapat membuat programnya dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik oleh para karyawan. Hasil akhirnya tentu saja perusahaan mendapatkan tujuannya: profit dan satisfaction bagi karyawan serta customer satsfaction and customer loyality.

EKONOMI MANAJERIAL: MONOPOLI PT PLN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan mandat untuk menyediakan kebutuhan listrik di Indonesia. Seharusnya sudah menjadi kewajiban bagi PT. PLN untuk memenuhi itu semua, namun pada kenyataannya masih banyak kasus dimana mereka merugikan masyarakat. Kasus ini menjadi menarik karena disatu sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan PT. PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat.

1.2 Rumusan masalah
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.
Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki.
Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:
1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian monopoli
Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau segelintir perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau bisnis tersebut. Dengan kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak lain sulit masuk didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti.
Secara umum perusahaan monopoli menyandang predikat jelek karena di konotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal dan penawaran komoditas yang lebih sedikit bagi masyarakat, meskipun dalam praktiknya tidak selalu demikian. Dalam ilmu ekonomi dikatakan ada monopoli jika seluruh hasil industri diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut monopolis atau perusahaan monopoli.
2.2 Jenis monopoli
Ada dua macam monopoli. Pertama adalah monopoli alamiah dan yang kedua adalah monopoli artifisial. Monopoli alamiah lahir karena mekanisme murni dalam pasar. Monopoli ini lahir secara wajar dan alamiah karena kondisi objektif yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang menyebabkan perusahaan ini unggul dalam pasar tanpa bisa ditandingi dan dikalahkan secara memadai oleh perusahaan lain. Dalam jenis monopoli ini, sesungguhnya pasar bersifat terbuka. Karena itu, perusahaan ain sesungguhnya bebas masuk dalam jenis industri yang sama. Hanya saja, perusahaan lain tidak mampu menandingi perusahaan monopolistis tadi sehingga perusahaan yang unggul tadi relatif menguasasi pasar dalam jenis industri tersebut.
Yang menjadi masalah adalah jenis monopoli yang kedua, yaitu monopoli artifisial. Monopoli ini lahir karena persekongkolan atau kolusi politis dan ekonomi antara pengusaha dan penguasa demi melindungi kepentingan kelompok pengusaha tersebut. Monopoli semacam ini bisa lahir karena pertimbangan rasional maupun irasional. Pertimbangan rasional misalnya demi melindungi industri industri dalam negeri, demi memenuhi economic of scale, dan seterusnya. Pertimbangan yang irasional bisa sangat pribadi sifatnya dan bisa dari yang samar-samar dan besar muatan ideologisnya sampai pada yang kasar dan terang-terangan. Monopoli ini merupakan suatu rekayasa sadar yang pada akhirnya akan menguntungkan kelompok yang mendapat monopoli dan merugikan kepentingan kelompok lain, bahkan kepentingan mayoritas masyarakat.
2.3 Ciri pasar monopoli
Adapun yang menjadi ciri-ciri dari pasar monopoli adalah:
1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan. Dari definisi monopoli telah diketahui bahwa hanya ada satu saja perusahaan dalam industri tersebut. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan sepenuhnya ditentukan oleh perusahaan monopoli itu, dan konsumen tidak dapat berbuat suatu apapun didalam menentukan syarat jual beli.
2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli tidak dapat digantikann oleh barag lain yang ada didalam pasar. Barang-barang tersebut merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang mirip yang dapat menggantikan.
3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri. Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai kekuasaan monopoli. Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain memasuki industri tersebut.
4. Dapat mempengaruhi penentuan harga. Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual didalam pasar, maka penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu harga.
5. Promosi iklan kurang diperlukan. Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan didalam industri, ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan. Walau ada yang menggunakan iklan, iklan tersebut bukanlah bertujuan untuk menarik pembeli, melainkan untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
2.4 Undang-undang tentang monopoli
Terlepas dari kenyataan bahwa dalam situasi tertentu kita membutuhkan perusahaan besar dengan kekuatan ekonomi yang besra, dalam banyak hal praktik monopoli, oligopoli, suap, harus dibatasi dan dikendalikan, karena bila tidak dapat merugikan kepentingan masyarakat pada umumnya dan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Strategi yang paling ampuh untuk itu, sebagaimana juga ditempuh oleh Negara maju semacam Amerika, adalah melalui undang-undang anti-monopoli.
Di Indonesia untuk mengatur praktik monopoli telah dibuat sebuah undang-undang yang mengaturnya. Undang-undang itu adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini menerjemahkan monopoli sebagai suatu tindakan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Sedangkan praktik monopoli pada UU tersebut dijelaskan sebagai suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. UU ini dibagi menjadi 11 bab yang terdiri dari beberapa pasal.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika deontology
Konsep teori etika deontologi ini mengemukakan bahwa kewajiban manusia untuk bertindak secara baik, suatu tindakan itu bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri dan harus bernilai moral karena berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang baik dari pelaku.
Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.
3.2 Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika teleology
Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.
3.3 Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika utilitarianisme
Etika utilitarianisme adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis apabila bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung pada PT. PLN.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

4.2 Saran
Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, ada baiknya Pemerintah membuka kesempatan bagi investor untuk mengembangkan usaha di bidang listrik. Akan tetapi Pemerintah harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat. Atau Pemerintah dapat memperbaiki kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.

EKONOMI MANAJERIAL: ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN: PRODUK KULIT SYLVAIN; BRAZILIAN GOLD COFFEE COMPANY

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam makalah ini dimaksudkan untuk membahas tentang bagaimana cara/metode yang biasa di dalam memperoleh data permintaan untuk memecahkan masalah-masalah keputusan bisnis. Tentu saja harapannya adalah bahwa nilai informasi yang dapat seharusnya lebih besar dibandingkan dengan biaya yang digunakan untuk mendapaktan informasi tersebut.

Sebelum membahas persoalan diatas lebih jauh, terlebih dahulu kita bedakan pengertian antara penapsiran (estimation) dan prakiraan (forecasting) permintaan. Penaksiran permintaan merupakan proses untuk menemukan nilai dari koefisienkoefisien fungsi permintaan akan suatu produk pada masa kini (curen values). Sedangkan prakiraan permintaan merupakan proses menemuan nilai-nilai permintaan pada periode waktu yang akan datang (future values). Nilai-nilai masa kini dibutuhkan untuk mengevaluasi optimalitas penentuan harga sekarang dan kebijaksanaan promosi dan untuk membuat keputusan sehari-hari. Nilai-nilai pada untuk waktu yang akan datang diperlukan untuk perencanaan produksi, pengembangan produk baru, investasi, dan keadaan-keadaan lain dimana keputusan yang harus dibuat mempunyai dampak pada periode waktu yang panjang.

Sebagaimana diketahui bahwa fungsi permintaan dinyatakan sebagai fungsi dari variabel harga atas produk itu sendiri, harga yang berhubungan dengan barang lain, advertensi produk itu sendiri, advertensi barang lain, pendapatan konsumen, rasa, dan harapan, serta variabel-variabel lain yang dianggap penting daam penetapan estimasi permintaan. Fungsi tersebut diformlasikan sebagai berikut :

Qx = µ+ b1 Px + b2 Py + b3 Ax + b4 Ay + b5 Ic + b6 Tc + b7 Ec + b8 N

Alfa (µ) intercept atau konstanta, sedangkan beta (b) adalah ukuran nilai atau koefisien penentu terhadap naik/turunnya permintaan sebagai variable tergantung, sehingga nilai perubahannya adalah sangat tergantung pada nilai yang ditentukan atas variabel explanatif. Besarnya nilai setiap variabel pada saat ini dapat diketahui atau ditemukan melalui suatu penelitian. Koefisien dari variabel-variabel inilah yang menjadi "rahasia" dan penting bagi kita dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, makalah ini ingin membahas penentuan koefisien itu dan hubungan antara variabel dependen variabel indevenden.

BAB II

PERMASALAHAN

Telah dikatakan sebelumnya, untuk memecahkan masalah keputusan dalam suatu bidang bisnis, salah satu data yang diperlukan adalah data permintaan. Permintaan konsumen terhadap suatu produk/barang dapat dinyatakan dengan suatu fungsi yang merupakan hubungan antara variabel dependen dengan variable independen. Variabel-variabel inilah yang nantinya akan dicari nilai koefisiennya dan akhirnya dengan suatuteknik tertentu dapat deiketahui hubungan antara kedua

variabel tersebut. Beranjak dari ayang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan nilai koefisien dari fungsi permintaan.

2.Upaya (teknik) apa yang digunakan untuk menentukan hubungan statistic antara permintaan konsumen (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut (variabel independen)

BAB III

METODE PENELITIAN & PEMBAHASAN

3.1 Metode Estimasi Permintaan.

Metode estimasi nilai koefisien beta dalam fungsi permintaan bisa digolongkan baik sebagai yang langsung maupun tidak langsung. Estimasi permintaan dengan metode langsung diperoleh melalui wawancara, survay dan eksperimen paper, dalam mana pembeli potensial diberi pertanyaan tentang reaksi yang mungkin muncul sebagai akibat adanya perubahan harga maupun perubahan variabel lainnya. Metode tidak langsung estimasi permintaan merupakan bentuk analisis statistika dengan tujuan untuk mengetahui perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan dalam variabel penting bebasnya, analisis ini dikenal dengan metode regresi.

3.1.1 Interview dan Survey

Metode langsung estimasi permintaan, secara sederhana dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pembeli maupun pembeli potensial tentang reaksi-reaksi petensial terhadap perubahan dalam harga ataupun determinan lain atas keputusan mereka untuk membeli produk. Pappas (Terjem. 1995:200), teknik ini dapat diterapkan secara naip dengan semata-mata mencegat orang-orang yang berbelanja dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang jumlah produkyang akan mereka beli di berbagai tingkat harga. Dalam ekstrim lainnya, para pewawancara terlatih mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang canggih ke sebuah sampel pelanggan yang dipilih secara seksama untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Walaupun kelihatannya sederhana, dalam pelaksanaannya pendekatan ini menghadapi banyak kesulitan, yaitu :

1. Keacakan random

Individu yang disurvey harus mewakili pasar secara keseluruhan sehingga hasilnya tidak bisa. Oleh sebab itu sampel harus cukun besar dan menggunakan metode random sehingga informasi pasar yang layak untuk mengadakan rencana perubahan.

2. Bias pewawancara.

Dalam hal ini kehadiran pewawancara dapat mempengaruhi perasaan responden menjadi agak bodoh sehingga responden dapat memberikan jawaban-jawaban yang tidak benar. Biasa pewawancara sering terjadi baik dalam personal interview, dan bahkan koesioner yang diposkan sekalipun (sebab ada orang lain yang membacanya).

3. Adanya kesenjangan antara niat dan tindakan.

Arsyad (1993:169), masalah ini sering disebut juga sebagai masalah akurasi jawaban (response accuracy). Konsumen benar-benar berniat membeli suatu produk ketika di wawancarai, tetapi ketika dipasarkan mungkin sesuatu hal telah mengubah niat dan pikiran konsumen tersebut. Akhirnya jawaban-jawaban responden juga tidak dapat dipercaya bila pertanyaan yang diajukan membingungkan atau ditafsir salah atau mengandung hal-hal di luar dunia imajinasi konsumen.

Secara ringkas bisa dikatakan bahwa dalam membuat koesioner, harus dipikirkan masak-masak dan hati-hati dan harus disertai analisis dalam menginterprestasikan hasil surpey. Berikut diberikan contaoh hasil survey pasar.

Contoh :

Perusahaan produk kulit SYLVAIN bermaksud untuk memperkenalkan produk baru yaitu dompet, ia ingin membuat estimasi kurva permintaan dengan jalan melakukan survey dan menyebarkan kuisioner terhadap seribu orang yang sedang berbelanja barang-barang sejenis. Setiap responden masing-masing ditanya tentang kemauannya untuk membeli produk dompet pada berbagai tingkatan harga. Mereka diminta untuk memilih satu diantara enam jawaban. Jawaban a. definitely no; b. not likely; c. perhaps; d. quite likely; e. very likely; f. definitely yes. Analisa telah menetapkan distribusi probalitas pada setiap enam jawaban tersebut adalah 0.0 untuk jawaban a; 0.2 untuk jawaban b; 0.4 untuk jawaban c; 0.6 untuk jawaban d; 0.8 untuk jawaban e; dan 1.0 untuk jawaban f.

Price

($)

NUMBER OF PEOPLE RESPONDING AS

Expected

Quantity

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

9

500

300

125

50

25

0

160

8

300

225

175

150

100

50

335

7

100

150

250

250

150

100

500

6

50

100

100

300

250

200

640

5

0

25

50

225

300

800

800

Berdasarkan data tersebut kita dapat menghitung nilai harapan atas quantitas permintaan dompet pada setiap tingkatn harga. Q pada harga $9.00 adalah sebanyak 160.

E(Q) = 500(0.0)+300(0.2)+125(0.4)+50(0.6)+25(0.8)+0(1.0) = 160 unit. Begitu pula untuk perhitungan pada harga-harga yang lain adalah sama.

Dengan menempatkan koordinat kuantitas-harga yang ada pada tabel di atas pada suatu grafik, tampak bahwa intercept kurva permintaan mendekati $10.00 dan slopenya mendekati –5/800 atau –0.00625. Sehingga taksirah kurva permintaan tersebut adalah Px = 10.00 – 0.00625Qx. Kemudian dari kurva permintaan tersebut, dapat ditentukan MR, yaitu MRx = 10.00 – 0.0125Qx, karena kurva MR mempunyai intercept yang sama dengan kurva permintaan, tetapi slopenya dua kali slope kurva permintaan. Kurva permintaan dan kurva MR yang dimaksud seperti berikut :

P


Px = 10.00 – 0,00625Qx


0 Q

Px = 10.00 – 0,00625Qx

3.1.2 Situasi Pasar Simulasi

Alat lain untuk melihat respon konsumen terhadap perubahan harga dan usaha promosi adalah pembuatan pasar simulasi. Pasar simulasi dimaksudkan untuk mempertimbangkan prilaku konsumen, dimana konsumen yang dipilih diberi uang mainan dan disuruh berbelanja dipasar simulasi/buatan untuk kelompok partisipan yang berbeda ditetapkan harga dan promosi yang berbeda pula. Bila partisipan dipilih dengan tepat, maka respon mereka terhadap perubahan harga dan usaha promosi dapat disimpulkan sama. Hasil dari uji pasar simulasi ini harus diamati dengan jeli. Cara partisipan membelanjakan uang orang lain mungkin berbeda dengan cara mereka membelanjakan uang sendiri. Kemungkinan lain adalah mereka akan memilih produk tertentu bila harga diturunkan, ini hanya agar mereka Nampak sebagai pembelanja yang hemat dan bertanggung jawab. Metode ini mahal, karena biayanya relatif tinggi seharga pembuatan pasar simulasi ini dipilih hanya sejumlah kecil sampel yang hasilnya kemungkinan tak representatif. Berikut diberikan contaoh mengenai situasi pasar simulasi.

Contoh;

Brazilian Gold Caffee Company ingin tahu respon konsumen terhadap perubahan harga dari produk kopi bubuk yang dibuatnya. 600 pembelanja dihimpun untuk suatu eksperimen pasar simulasi dan dibagi menjadi 6 (enam) group. Anggota dari masing-masing kelompok dipilih berdasarkan karekteristik sosio ekonominya. Setiap hari mereka bebas berbelanja dalam 30 menit pada pasar buatan tersebut. Masing-masing partisipan diberi 30 dolar uang mainan untuk membeli item-item yang ada.

Brazilian Gold Coffee disamping merek kopi yang sedang laku keras. Untk masing-masing kelompok ditetapkan harga yang intercept mendekati $3.88 dan slope = -0.0045. dengan demikian Px = 3.88 – 0.0045Qx. Dari kurva permintaan di atas dicari kurva MR yaitu MR = 3.88 – 0.009Qx (ingat slopenya dua kali slope kurva permintaan) atau menghitung elastisitas harga permintaan pada setiap tingkat harga. Arsyad (1995:174), bahwa dalam perhitungan elastisitas harga digunakan kebalikan slope kurva permintaan, yaitu 1/-0.0045 atau -–22.22, sebagai dQx/dPx dan menghitung koordinat Px dan Qx dari kurva permintaan tersebut. Sebagai contoh, elastisitas harga pada pada harga $3.59 adalah:

E = 222.22 3.59 = -12.27

65

3.1.3 Eksperimen Pasar Secara Langsung

Eksperimen pasar secara langsung ini melibatkan orang-orang yang benar-benar berada di situasi pasar sebenarnya yang membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa yang mereka inginkan. Perusahaan memilih satu kota atau lebih, pasar regional, atau negara dan melakukan eksperimen pada “pasar-pasar uji” ini dirancang untuk mencari tahu “penerimaan” konsumen atas produk dan mengidentifikasi dampak perubahan dari satu variabel yang dapat dikendalikan atau lebih terhadap jumlah yang diminta. Sebagai contoh, pada sebuah pasar regional perusahaan dapat memotong harga produknya sebesar 10% dan membandingkan reaksi penjualan pada pasar tersebut dengan pasar regional serupa lainnya. Kemungkinan lain, perusahaan tersebut dapat meningkatkan promosi di pasar tertentu untuk “menilai” dampak dari suatu perubahan sebelum menanggung biaya dan resiko yang lebih besar untuk melakukan perubahan tersebut di seluruh wilayah negara.

3.2 Analisis Regresi Permintaan Konsumen.

Adalah sebuah teknik statistik yang digunakan untuk menemukan ketergantungan dari suatu variabel terhadap satu atau lebih variabel lain. Jadi teknik ini dapat diterapkan untuk mencari nilai dari koefisien-koefisien tersebut menunjukkan pengaruh dari variabel yang menentukan permintaan sebuah produk. Untuk analisis regresi, kita membutuhkan sejumlah observasi, masing-masing terdiri dari variabel dependen Y dan nilai variabel independen X yang berhubungan. Analisa regresi ini memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan dari pola hubungan yang ditunjukan oleh hasil opservasi. Dalam analisis ini dapat digunakan data runtut waktu (time series) maupun data seksi-silang (cross-section).

3.2.1. Analisa Runtut Waktu Versus Waktu Seksi-Silang.

Analisa runtut waktu menggunakan observasi yang telah dicatat selama waktu tertentu dalam situasi tertentu. Misalnya tingkat harga dan penjualan bulanan suatu produk dari sebuah perusaan yang telah dikumpulkan selama enam atau dua belas bulan. Satu malsalah dalam analisis ini adalah bahwa beberapa faktor yang dapat dikendalikan yang mempengaruhi penjualan cendrung untuk berubah selama periode waktu tersebut, sehingga beberapa perbedaan dalam ebservasi penjualan merupakan akibat dari pengaruh-pengaruh ini, dan bukan karena pengaruh tingkat harga. Jika perubahan variabel-variabel tak terkendali tersebut dapat diamati dan diukur, kita dapat memasukan variabel-variabel ini sebagai variabel indevenden dalam analisis regresi. Misalnya, tindakan para pesaing dan perubahan tingkat pendapatan konsumen sebaiknya dikuantifikasikan (secara langsung atau dengan variabel proksi yang tepat) dan dimasukan kedalam analisis.

Sebaiknya, perubahan selera dan pola preferensi konsumen sulit diukur dan diamati, walaupun kedua hal tersebut berubah sepanjang waktu. Kita dapat memasukkan pengaruh selera dan faktor-faktor lain yang cendrung berubah sepanjang waktu tersebut dengan cara memasukan variabel waktu sebagai variable independen dalam analisis regresi.

Analisis seksi silang menggunakan obsevasi-observasi dari perusahaan yang berbeda dalam lingkungan bisnis yang sama. Dengan demikian, analisis ini bisa mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh perubahan variabel-variabel tak terkendali sepanjang waktu, tetapi timbul faktor-faktor seperti efektifitas tenaga penjualan, posisi aliran kas, tingkat kegiatan promosi, dan tujuan manajemen berbeda-beda antar perusahaan, maka kesemua hal tersebut akan mempunyai dampak yang berbeda pula terhadap tingkat penjualan. Sekali lagi, jika faktor-faktor ini dapat dikuantifikasikan dan datanya dapat dimasukan kedalam analisis regresi untuk mengetahui dampaknya terhadap variabel dependen.

3.2.2 Linieritas Persamaan Regresi.

Dengan hipotesis bahwa Y Adalah suatu fungsi dari X atau beberapa variable X, maka dapat ditentukan bentuk ketergantungan variabel Y terhadap variabelvariabel X. dalam analisis regresi menurut "ketergantungan" dinyatakan dalam bentuk yang linier. Dengan formulasi umum sebagai berikut :

Y = µ+b1 X1 +b2X2 + …….+ bnXn +e

dimana:

Y = nilai yang diprediksi

µ = konstanta

b1. b2 . b3 = parameter

e = nilai residu/galat

Sebagai tambahan, bahwa apabila fungsi permintaan itu berbentuk hubungannon linier seperti

Y = 1

dimana variabel-variabel independen dalam kasus ini X1 dan X2 mempunyai pengaruh multiplikasif terhadap variabel dependen Y, maka hubungan garis lengkung ini dapat dinyatakan sebagai suatu hubungan garis lurus dengan transformasi logaritma. Sehingga menjadi :

log Y = log µ +β1 logX1 + β2 logX2

3.2.3 Pengestimasian Parameter-Parameter Regresi

Metode kuadrat terkecil sering disebut ordinary least squares (OLS), adalah proses matematis untuk memilih intersep dan slope garis yang paling tepat diminumkan. Jadi persamaan regresi menyatakan garis yang paling tepat. Garis tersebut dipilih dengan prosedur matematis yang menempatkan garis tersebut sedemikian rupa sehingga jumlah selisih/kesalahan kuadrat (residu/galat = e2 ) dapat diminimumkan. Kesalahan-kesalahan dikuadratkan untuk menghindari penghilangan deviasi-deviasi negarif, dan untuk lebih meratakan deviasi-deviasi yang lebih besar. Perhitungan persamaan regresi secara mendalam tidak dijelaskan dalam makalah ini sebab telah tersedia program-program komputer, tetapi disini secara sederhan disajikan bagaimana cara mendapatkan dan tanpa pembuktian melalui formula sebagai berikut :

= Y - bX

b = n S XY - SXSY

n SX² - (SY)²

dimana Y adalah rata-rata aritmatika untuk nilai-nilai Y ; X adalah rata-rata aritmatika untuk nilai X; Σ (sigma) melambangkan jumlah dan hal-hal yang dimaksud/ditujukan; dan n adalah jumlah observasi atau titik data. Contoh pengolahan data dengan metode OLS ditunjukan oleh label berikut :

Analisis OLS Atas Dasar

Data Penjualan Dan Harga 6 Toko

Toko

Harga (X)

($)

Penj. (Y)

(000)

XY

X

Y

1

0.79

4,650

3,6735

0,6241

21,6225

2

0.99

3,020

2,9898

0,9801

9,1204

3

1.25

2,150

2,6875

1,5625

4,6225

4

0.89

4,400

3,9160

0,7921

19,3600

5

0.59

6,380

3,7642

0,3481

40,7044

6

0.49

5,500

2,4750

0,2075

30,2500

(SX) = 4.96

(SY)=26,100

(SXY)=19,5060

(SX)=4,5094

(SY)=125,6798

Dimana : X = 4,35 dan Y = 0,8267

Setelah dioleh, maka perhitungan garis regesi akan menghasilkan nilai b = -5,0595 dan nilai konstanta µ = 8,5327. Dengan demikian berarti bahwa fungsi regresi yang dihasilkan mempunyai persamaan : Y = 8,5237 - 5,0595X.

Maka Y = 8,5327 - 5,0595X adalah "garis yang paling tepat" bagi data ini, dimana penjualan (Y) dinyatakan dalam ribuan unit, intersep garis ini adalah 8,5327 unit pada sumbu Y, dan slopenya adalah -5,0595 unit penjualan per rupiah kenaikan harga (yakni 50,595 unit untuk setiap sen kenaikan harga).

Penjualan


9000


Y = 8,5327 - 5,0595

5000

1000


0 0,2 0,6 1,2 Harga

Persamaan regresi yang dihitung di atas menunjukan depenisi jumlah yang diminta atas harga per unit. Dengan mudah dapat dikompersikan ke dalam bentuk P = + bQ yang secara tradisional digunakan sebagai kurva permintaan. Bila Q dan P dalam persamaan regresi substitusikan diperoleh :

Q = 8,5327 - 5,0595P

5,0595P = 8,5327 - Q

P = 1,6865 - 0,19765Q

Kurva marginal revenue diperoleh dari estimasi kurva permintaan ini, berdasarkan pemahaman bahwa MR mempunyai intercept vertikal yang sama dan dua kali slope kurva permintaan. Jadi MR = 1,6865 - 0,3953Q. Misalnya pada harga (P) = 0.85, maka jumlah penjualan yang diharapkan (Q) adalah :

Q = 8,5327 - 5,0595(0.85)

Q = 4,2321

Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam rumus elastisitas titik, diperoleh:

E = dP x P = -5,0595 x 0,85 = 1,0162

dQ Q 4,2321

Elastisitas harga permintaan pada tingkat harga $0,85 sedikit sekali di atas satu, menandakan bahwa total penerimaan akan tetap/konstan walaupun harga meningkat atau turun dari harga $0.85 tersebut.

3.2.4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi, biasanya dinyatakan dengan R2, adalah angka yang menunjukan proporsi variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi variable independen. Pengaruhnya R²=0,98. Ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan pada variabel-variabel independen menyebabkan 98% perubahan pada variabel dependen. Nilai R2 = 1 menunjukan bahwa semua variabel y dijelaskan oleh variasi variabel X, dan akibatnya, semua titik data akan terletak pada garis yang paling tepat. Sebaliknya, nilai R2 = 0,32 misalnya, akan menunjukan betapa lebar titik-titik data terpencar dengan variasi yang relatif besar terhadap garis yang paling tepat dan adanya hubungan yang relatif lemah antara variabel-variabel dependen dan independen.

Koefisien determinasi dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

3.2.5 Standar Error Estimasi

Standar error estimasi adalah ukuran penyebaran (dispersi) data dari garis yang paling tepat. Dengan standar error estimasi (Se)., kita dapat menghitung interval konfidensi (sekitar nilai estimasi untuk variabel independen) untuk tingkat-tingkat konfidensi yang berbeda. Interval konfindensi adalah kisaran nilai-nilai dimana observasi aktual diharapkan terletak dalam prosentase tertentu pada waktu tertentu.

Standar error estimasi dapat dihitung dengan rumus berikut :

Se = √ΣY2 – ∝ΣY - βΣYX

n-2

3.2.6 Daya Prediksi Persamaan Regresi

Standar error koefisien dalah ukuran atau ketetapan nlai β yang telah dihitung, yang merupakan koefisien yang mengestimasi hubungan marjinal antara variabel Y dan variabel X. Standar error koefisien (Sβ) bila relatif kecil, memungkinkan kita untuk menyatakan keyakinan bahwa hasil perhitungan nilai β sangat mendekati nilai yang “benar”. Nilai β yang besar dapat diverifikasi bila dipunyai populasi observasi yang menyeluruh yang meliputi variabel-variabel Y dan X, tidak sekedar sebuah sampel. Singkatnya, Sβ adalah standar deviasi dari distribusi sampling β. Semakin kecil standar error koefisien, semakin besar keyakinan akan koefisien regresi yang diperoleh dari data nilai-nilai X dan nilai Y. Standar error koefisien dapat dirumuskan sebagai berikut :

Se =

3.3 Masalah-Masalah Dalam Analisa Regresi

Ada enam masalah utama yang harus diperhatikan dalam analisis regresi, yaitu antara lain :

a. Kesalahan Spesifikasi.

Yang menyebabkan hasil regresi kurang dapat dipercaya antara lain disebabkan oleh kekeliruan dalam menentukan hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Ada dua kemungkinan kesalahan tersebut, yang pertama adalah kesalahan dalam menggunakan bentuk hubungan fungsi antar variabel. Misalnya bentuk hubungan yang sesungguhnya tidak linier tetapi cetakan regresi yang dipakai menunjukan hubungan linier. Sebenarnya dalam batas-batas tertentu landasan teori memberikan petunjuk mengenai bentuk hubungan tersebut. Akan tetapi dalam menemukan bentuk yang tepat, kita dapat menggunakan cara dengan mencoba berbagai bentuk persamaan. Bentuk persamaan yang nilai R2 paling tinggi kita anggab paling tepat. Sedangkan yang kedua kesalahan yang lain adalah kesalahandalam bentuk tidak memasukan variabel penjelasan yang relevan. Masalah ini diminimumkan melalui pengkajian teoritik yang cukup memadai. Mamang disamping itu dengan cara merubah komposisi variabel-variabel penjelas, kita dapat mengatasi masalah ini.

b. Kesalahan Pengukuran

Kesalahan pengukuran dapat timbul dari berbagai sebab. Daftar pertanyaan atau kuisioner yang kurang baik, wawancara yang kurang memadai, pendefinisian variabel yang tidak betul, dan sebagainya dapat berakhir pada kurang dapat dipercayainya hasil estimasi fungsi permintaan melalui besaran-besaran statistik R2 yang terlalu kecil, statistik t yang terlalu kecil, statistik f yang terlalu kecil dan seterusnya.

c. Hubungan Persamaan Simultan

Dalam merancang sebuah fungsi regresi tidak dibenarkan adanya hubungan timbal balik antara variabel tidak bebas dengan salah satu atau lebih variabel bebas. Bila ketentuan ini dilanggar maka timbul apa yang disebut bias persamaan (equation bias). Contoh yang sangat puler adalah penggunaan metode OLS untuk mengestimasi kurva permintaan pasar, dimana terdapat hubungan timbal balik antara harga dan kuantitas yang diminta. Kita dapat memperlakukan baik harta ataupun jumlah yang diminta sebagai variabel bebas atau sebagai variabel tidak bebas. Hal ini disebabkan oleh baik darisegi teori maupun dalam kenyataan keduanya ditentukan secara simultan (besamaan) oleh kedua variabel itu sendiri.

d. Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul sebagai akibat adanya hubungan kasual antara dua variabel penjelas (variabel bebas) atau lebih, atau sebagai akibat adanya kenyatan bahwa dua variabel penjelas atau lebih secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada diluar sistem persamaan regresi. Keberadaan multikolinieritas dapat ditemukan melalui tes korelasi antar variabel penjelas. Kalau diketemukan korelasi yang tinggi, maka salah satu variable penjelas dilepas. Dengan adanya multikolinieritas maka hasil estimasi koefisien regresi bersifat bias. Analisa regresi tidak mampu menemukan hubungan yang benar dan kemampuan prediksinya menjadi lemah. Namun demikian masalah adanya multikolinieritas dalam fungsi regresi dapat ditoleransi apabila persamaan itu dimaksudkan untuk tujuan prediksi, karena kita ingin mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas bersama-sama dan bkan untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Tetapi bila regresi digunakan untuk keperluan sebagai modal penjelas, maka harus tidak ada multikolinieritas.

e. Heteroskedastisitas

Keadaan unsur ini dapat dilihat dari grafik distribusi nilai “residuals”. Kalau grafiknya secara teratur membengkok atau mengecil dengan bertambah besarnya nilai variabel penjelas, maka kita harus waspada dalam menginterprestasikan besaran statistik t dan R2 karena kurang dapat dipercaya dengan kecendrungan terlalu tinggi diatas nilai yang sebenarnya. Nilai kesalahan standar koefisien regresi memberikan indikasi yang keliru. Masalah ini dapat diatasi dengan meninjau kembali komposisi variavel-variabel penjelas dan merubah bentuk persamaan hubungan fungsional.

f. Otokorelasi atau serialkolerasi

Otokorelasi adalah masalah lain yang timbul bila kesalahan tidak sesuai dengan batasan yang disyaratkan oleh analisis regresi. Otokorelasi atau serialkorelasi hanyaterjadi kalau kita menggunakan data kurun waktu (times sries) dan ditandai oleh pola kesalahan yang beruntun. Yakni besarnya kesalahan kian besar atau kecil. Yang menunjukan pola siklus atau lainnya, karena observasiobservasi X disusun secara kronologis, pola ini menandakan bahwa beberapa variabel lain berubah secara sistematis dan mempengaruhi variabel dependen. Otokorelasi dapat ditemukan secara visual melalui grafik times series residuals atau uji statistik “Durbin Waston”. Otokorelasi dapat dihilangkan dengan menambahkan variabel yang dapat menjelaskan perubahan yang sangat sistematis tersebut kedalam persamaan regresi. Sebagai contoh, bila residu nampak mengikuti pola siklus, variabel “dummy” dibutuhkan bagi perhitungan variasi musiman.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penaksiran permintaan berkaitan dengan cara memperoleh nilai-nilai parameter pada fungsi permintaan yang cocok pada saat kini. Informasi ini penting bagi pengambilan keputusan sekarang dan dalam mengevaluasi apakah keputusankeputusan sudah optimal dalam konteks situa permintaan sekarang. Reaksi pembeli atas perubahan variabel-variabel independen dalam fungsi permintaan dapat ditaksi dengan cara wawancara dan survey, membuat pasar simulasi, atau eksperimen-eksperiman pasar secara langsung. Perhatian harus diarahkan untuk memiliah sampel random yang cukup mencerminkan pasar sasaran, dan ukuran masing-masing samperl harus cukup besar sehingga penemuanpenemuan itu dapat dipercaya. Disain kuisioner penting bagi ketepatan prediksi dari wawancara dan survey. Intensi-intensi konsumen tidak selalu akurat diterjemahkan ke dalam tindakan. Bias pewawancara dan kurangnys minak konsumen atau informasi juga membuat distorsi taksiran yang diperoleh. Pasar simulasi dan eksperimen pasar secara langsung memungkinkan observasi atau konsumen selama proses keputusan konsumsi, dan kesimpulan dapat ditarik dari prilaku aktual konsumen. Perhatian harus diberikan untuk menghilangkan dampak dari pengaruh-pengarh jangka panjang dan untuk memastikan apakah prilaku orang-orang dalam klinik konsumen mencerminkan pola prolakunya yang lajim.teknik pemasaran langsung memberikan kesempatan yang ideal untuk menguji dampak berbagai tingkat-tingkat harga yang berbeda atau variabel-variabel strategik, dan pasar uji regional berguna untuk mengetahi dampak dari berbagai strategik dari tingkat pengecer. Analisa regresi dari data yang dikumpulkan memungkinkan perhitungan koefisien-koefisien fungsi permintaan, juga perhitungan beberapa statistik yang menunjukan keyakinan yang bisa digunakan untuk mendapatkan taksiran. Analisis regresi adalah suatu alat yang sangat baik bila digunakan secara tepat untuk menaksir parameter-parameter fungsi permintaan, berdasarkan kaitan observasi dengan data runtut waktu maupun seksi silang. Kesalahan-kesalah yang dapat membuat validitas teknik diatas berkurang telah diperlihatkan sehingga peneliti dapat merumuskan masalah untuk analisis dengan lebih baik dan menginterprestasikan hasil-hasil analisis dengan lebih baik pula.

4.2 Saran

Dalam beberapa kasus, memperoleh estimasi hubungan permintaan yang akurat relatif muda, terutama yang diperlukan untuk peramalan permintaan atau penjualan jangka pendek. Misalnya, jika perusahaan memilih cadangan yang cukup besar untuk pesanan pembelian formal, memperkirakan penjualan masa mendatang yang akurat relatif mudah. Dalam situasi lain, informasi yang diperlukan untuk membuat ramalan jangka pendek sekalipun sulit diperoleh, dan lebih sulit lagi menetapkan bagaimana perubahan dalem variabel permintaan tertentu harga, pengeluaran periklanan, ketentuan kredit, harga produk yang bersaing, dan sebagainya- akan mempengaruhi permintaan. Perubahan yang tidak diperkirakan dalam variabel-variabel dasar yang penting ini merupakan tantangan besar terhadap estimasi permintaan jangka pendek yang akurat. Estimasi permintaan jangka panjang melibatkan semua kesulitan yang ditemui dalam estimasi permintaan jangka pendek, tetapi kesulita-kesulitan tersebut cendrung diperbesar. Dlam jangka panjang, terutama sulit untuk memprediksi perubahan dalam sifat dan lingkup persaingan dari para pesaing yang mapan. Ketika para pesaing memiliki waktu bertahun-bertahun, dan bukan hanya beberapa minggu atau beberapa bulan, untuk mengembangkan strategik penetapan harga, promosi, dan pengembangan produk yang efektif, sensitivitas permintaan terhadap perubahan dalam salah satu faktor ini dapat jauh lebih berarti dari pada jangka pendek. Lebih jauh lagi, pengaruh persaingan asing , dan peraturan pemerintah akan memiliki pengaruh penting terhadap permintaan perusahaan di masa mendatang. Sebagai akibanya, estimasi permintaan, terutama estimasi permintaan jangka panjang , merupakan tantangan yang sulit bagi para pemakainya.